Minggu, 18 Januari 2015

HARRY POTTER DAN JOKOWI

Agaknya ada kesamaan mendasar antara Harry Potter dengan Jokowi. Juga terdapat sejumlah perbedaan mendasar. Ini hanya hipotesis atau dugaan sementara yang harus diuji. Pengujian yang akan menentukan apakah hipotesis ini benar atau salah.

Harry Potter adalah anak yatim piatu. Ayah ibunya meninggal saat ia masih kecil. Ia dipelihara pamannya dalam suasana yang tidak menyenangkan. Harry merasakan penderitaan yang menyakitkan. Saat berusia sebelas tahun ia mendapat panggilan dari
Hogwarts, sekolah sihir dengan kepala sekolah Albus Dumbledore.

Di Hogwarts ia baru tahu bahwa ayah ibunya adalah penyihir yang tewas saat bertarung melawan Lord Voldermort, penguasa kegelapan. Berkat kekuatan sihir ibunya, Harry bisa diselamatkan dari serangan Voldermort. Bahkan mendapatkan kekuatan luar biasa. Itu artinya Harry memiliki keuatan luar biasa sejak kecil.

Saat pemilihan penempatan murid dalam asrama, Harry terpilih menjadi penghuni Gryffindor. Ini tempat khusus bagi mereka yang masuk kategori penyihir pemberani.

Sejak masuk dan selama mengikuti pendidikan, Harry benar-benar mengalami banyak peristiwa yang seringkali nyaris membuatnya tewas. Ia sering difitnah, dipokjokkan, dituduh melakukan berbagai kejahatan dan menjadi sasaran kejahatan berbagai kekuatan jahat.

Ada saja rekayasa yang dilakukan oleh penyihir hitam dan keturunannya dengan tujuan mencelakakan Harry. Target utamanya adalah Harry harus tewas.

Rupanya Harry adalah target utama Lord Valdermort. Dalam seluruh seri Harry Potter, Lord Valdermort muncul di Hogwarts dengan beragama tampilan penyamaran. Penguasa dunia kegelapan itu dengan beragam kekuatan dan semua pengikutnya yang setia berusaha mencelakakan Harry dengan segala cara. Ada saatnya dengan cara menyamar sebagai tokoh yang membantu Harry Potter untuk mencapai cita-citanya yaitu mengalahkan Valdermort. Lain kali muncul sebagai musuh yang jelas dan terbuka menantang Harry Potter.

Para pengikut Voldermort seperti Peter Pettigrew menunjukkan sikap sangat baik dan membantu Harry Potter. Ternyata semua kebaikan itu hanya sebuah cara  untuk mencelakakan Harry. Mereka membantu Harry tak lebih untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Dalam masyarakat cara itu dikenal dengan istilah musang berbulu domba.

Para loyalis atau pengikut setia penguasa kegelapan selalu memfitnah Harry, meragukan kemampuannya, menuduhnya penghasut, penakut, culas, dan lemah. Mereka selalu menggambarkan bahwa Harry memiliki pemikiran jahat, keturunan penyihir jahat, dan tidak memiliki kemandirian sera jati diri yang jelas.

Siapa pun yang mengenal Harry tahu bahwa ia sangat baik, jujur, selalu memikirkan dan memperjuangkan teman-temannya, berani, cerdas, kreatif dan konsisten dalam sikapnya membela kebenaran. Harry adalah orang yang berani berkorban untuk orang lain.

Pada tiap seri Harry selalu menunjukkan kecerdasan, kreativitas, dan keberaniannya yang selalu mengejutkan sang penguasa kegelapan dan pengikutnya. Berbagai jebakan yang mereka rancang tak pernah mampu mengalahkan dan menaklukkan Harry. Harry lebih cerdas dan kreatif dibandingkan mereka.

Pada seri kelima, Harry seringkali bermimpi bertemu Voldermort. Fikiran Harry selalu dipadati oleh pengaruh sang penguasa kegelapan itu. Akhirnya berkat bantuan kapala sekolah, Voldemort berhasil dikalahkan. Pada saat itulah ramalan Trelawney berhasil dibuka. Isinya adalah tidak mungkin Harry dan Valdermort sama-sama hidup. Satu di antara mereka harus mati. Karena itu Harry harus tetap dijaga, agar tidak menjadi korban sang penguasa kegelapan.

Jokowi berkali-kali bercerita tentang kesusahan dan penderitaan hidup yang pernah dialaminya. Justru kondisi itulah yang membuatnya kuat, tahan bantingan dan sangat sabar. Ia memiliki kekuatan, karena itulah ia berhasil menjadi Walikota Solo, dan bisa memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta mesti sejak mula diremehkan dan dihina.

Rasanya belum ada pemilihan gubernur seheboh, seketat dan sekejam pemilihan gubernur saat Jokowi menjadi kontestan. Cara-cara penguasa kegelapan digunakan untuk menghancurkannya. Fitnah, kampanye hitam, dan beragam tudingan negatif digunakan untuk menghabisinya. Isu agama di kedepankan untuk menghancurkannya. Namun akhirnya ia memenangkan pemilihan itu berkat kecerdasan, kreativitas dan terutama kerendahan hatinya.

Agaknya saat pemilihan presiden, Jokowi sungguh berhadapan dengan penguasa kegelapan. Dia benar-benar dihancurremukkan dengan fitnah keji dan kampanye hitam legam. Ia digambarkan lebih buruk dibandingkan iblis. Tidak sedikit orang yang menjadi ragu bahkan tidak lagi percaya pada kebaikannya. Ia sepenuhnya digambarkan sebagai sosok manusia yang sama sekali tidak memiliki kebaikan sedikit pun.

Namun, akhirnya rakyat tetap memilihnya menjadi Presiden Indonesia. Kita semua tahu bagaimana saat pengumuman hasil pilpres dan beragam peristiwa yang menyertainya. Kembali serangan dan beragam tuduhan dialamatkan padanya. Tak sekalipun ia pernah terpancing untuk menanggapi, apalagi mereaksi secara negatif.

Kala pada akhirnya Mahkamah Konstitusi menyatakan kemenangannya, ia menyambangi semua orang yang telah menganiaya dan menzholiminya. Tetap dengan senyum manisnya yang tulus.

Ia bersama Presiden SBY membangun tradisi baru  transisi pemerintahan yang damai dan saling menghormati. Semuanya berjalan mulus. Ia sama sekali tak mempertontonkan gaya orang menang yang meninggikan diri. Bahasa tubuhnya memperlihatkan bahwa ia menghormati siapa pun.

Ujian berat pertama adalah penyusunan kabinet. Banyak orang percaya bahwa ia hanya akan jadi pak turut, presiden boneka. Dengan kreativitas dan kecerdasan ia tunjukkan cara menghadapi beragam tekanan dan pengkondisian dan akhirnya dengan melibatkan KPK serta PPATK, langkah yang tak pernah difikirkan oleh siapa pun, ia bisa tunjukkan siapa dia, ketegaran, ketegasan dan kemandiriannya.

Kala sejumlah pihak mencemooh beberapa menterinya yang dianggap tidak pantas, ia sama sekali tak terprovokasi untuk menanggapi. Jawabannya kerja, kerja, kerja.

Ketika DPR gonjang-ganjing, ia tak terpengaruh dan terus bekerja. Bahkan mengambil keputusan yang bisa hancurkan popularitasnya. Ia naikkan harga BBM. Segera saja kecaman dan kritik kembali bagai anak panah yang jumlahnya tak terperi menyerangnya. Ia jalan terus. Pada saat yang tepat ia turunkan lagi harga BBM mengikuti penurunan harga minyak pada tingkat dunia.

Ujian baru datang lagi. Pencalonan Kapolri. Kali ini suasananya lebih heboh dibanding penyusunan kabinet. Apalagi sang calon ditersangkakan oleh KPK. Sungguh kali ini ia menghadapi lebih dari satu penguasa kegelapan. Baik yang sekubu dengannya maupun yang berhadapan dengannya. Keputusannya kali ini telah dengan sangat canggih disiasati oleh lawan yang sudah tidak sabar ingin meremukannya.

Sungguh gaya sang penguasa kegelapan yang penuh kecurangan dan tipu daya digunakan dengan canggih. Mereka segera mendorong agar usul itu segera ditindaklanjuti. Tidak perlu ditunda. Mereka bisa membuat keputusan tanpa pemilihan tetapi aklamasi pada tingak rapat komisi. Juga pada rapat paripurna. Ketika hasil rapat paripurna telah dibuat. Salah seorang pentolan mereka tidak dapat menahan diri dan mengungkapkan inti kejahatannya. Ia bilang, kini Jokowi terjebak dalam game. Dilantik berhadapan dengan KPK, tidak dilantik berhadapan dengan DPR.

Inilah karakter asli pengikut penguasa dunia hitam. Tidak mampu menahan diri menunjukkan kejahatannya. Dimulai dengan sikap seakan mendukung, tetapi menggunakan dukungan itu untuk pada akhirnya menghancurkan.

Jokowi di bawah tekanan yang sangat keras itu memilih mengumumkan penurunan harga BBM sekali lagi. Berikut penurunan harga gas elpiji dan semen. Barulah kemudian ia umumkan keputusannya mengganti Kapolri dengan PLT yaitu WaKapolri, dan penundaan pelantikan Budi Gunawan. Keputusan cerdas yang tak diperhitungkan oleh penguasa dunia gelap yang berada dekat dan jauh dari Jokowi.

Belum seratus hari pemerintahannya, Jokowi telah mengambil sejumlah keputusan penting yang menunjukkan isi dan arah nurani, keberanian, kemandirian dan jati dirinya. Jokowi memang kurus kering badannya, tetapi suara hatinya, nuraninya tidak kering. Semoga tidak pernah kering.

Harry Potter menyihir dengan tongkat dan mantra. Berbeda dengan Harry, Jokowi "menyihir" dengan suara hati dan keputusan yang bijaksana, bukan bijaksini.

PEMIMPIN SEJATI MENGIKUTI SUARA HATI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd