Senin, 26 Januari 2015

HARRY POTTER, PENGUASA KEGELAPAN DAN KITA

Dalam seluruh serial, Harry Potter berseteru dan bertarung dengan Lord Voldemort, sang penguasa kegelapan. Siapakah sebenarnya penguasa kegelapan ini? Mengapa dia begitu bersemangat dan bernafsu menaklukkan dan ingin menghabisi Harry Potter? Apa yang menjadi tujuan utamanya?

Voldemort dibesarkan dalam pengabaian. Ayahnya sama sekali tak mempedulikannya. Karena itulah dibunuh oleh Valdemort saat ia telah menguasai ilmu sihir hitam. Ibunya yang keturunan penyihir lebih memilih mati saat Voldemort masih bayi. Tak terelakkan, ia dibesarkan di panti asuhan. Ia menderita sejak kecil.

Ia masuk sekolah sihir Howgarts, karena ibunya keturunan Salazar Slyterin salah seorang yang mendirikan sekolah itu. Ibunya sangat menderita saat ia berada dalam kandungan. Bisa diduga situasi ini berpengaruh sangat buruk pada Voldermort.

Ia telah memiliki banyak teman dan pengikut saat masih sekolah. Ia mendirikan genk atau kelompok pemburu maut yang tetap setia padanya saat ia menjadi penyihir hitam yang paling ditakuti. Kelompok inilah yang dimanfaatkannya untuk menghabisi Harry.

Penguasa kegelapan ini sangat ambisius. Ia tidak mau dan tidak dapat digantikan sebagai ketua genk, dan sangat menginginkan untuk menguasai dunia sihir secara total. Ia menghimpun semua orang yang ambisius di sekitarnya. Siapa pun yang tidak setia, pasti dihabisi dengan kejam. Siapa pun yang loyal atau setia dan mau melakukan perintahnya, pasti mendapat jabatan atau kedudukan penting. Tak mengherankan bila ia dikelilingi orang-orang yang tak pernah dan tak bisa jujur, bahkan pada diri sendiri.

Ia menghalalkan segala cara. Ia memulai usahanya dengan membunuh ayahnya dan seluruh keluarganya. Ia tidak peduli pada aturan apapun. Hanya satu yang ia peduli yaitu memenuhi ambisinya. Bisa dibayangkan betapa jahatnya sang penguasa kegelapan ini. Ia tioe manusia keras hati besar kepala yang tak pernah bisa meminta maaf, apalagi memaafkan. Seluruh dirinya disesakpadati dendam kesumat.

Ia sangat jarang tampil di depan publik. Tetapi para anteknya secara bergantian muncul untuk meneror dan menyerang lawan-lawannya, terutama Harry. Voldemort sangat termotivasi untuk menghabisi Harry yang dirasakannya sebagai penghalang bagi pemenuhan ambisinya.

Sang penguasa kegelapan ini juga bisa dan biasa memanfaatkan orang-orang baik sebagai pendukung dan menjalankan perintahnya. Ini bisa terjadi karena pengaruh sihirnya yang memang sangat dahsyat.
Meski selalu gagal untuk menghabisi Harry, ia sama sekali tak pernah kapok. Berbagai upaya terus dilakukan agar Harry benar-benar bisa dihabisi.

Dilihat dari kejahatan dan tujuannya, sang penguasa kegelapan adalah iblis. Minimal makhluk yang dirasuki semangat dan cita-cita iblis. Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Tak peduli pada penderitaan orang dan kerusakan yang disebabkan oleh kejahatannya.

Harry Potter adalah fiksi. Tetapi jangan dikira tipe-tipe tokoh yang ditampilkan di dalamnya tidak terdapat dalam kehidupan nyata. Para penulis sejak zaman dahulu kala biasa mengolah berbagai tipe manusia dalam kenyataan sebagai bahan dasar tulisannya. Tokoh-tokoh di dalam cerita yang dibuatnya mencerminkan realita yang sesungguhnya.

Jika dengan cermat membaca Mahabarata, hal yang sama kita ketemukan. Ada Sengkuni yang jahat, ambisius dan menghalalkan segala cara. Juga ada Arjuna yang tulus dan berani. Bila berbagai cerita dalam fiksi itu disejajarkan dengan sejarah yang merupakan telaah terhadap kenyataan, kita akan menemukan tipe tokoh-tokoh yang memiliki banyak kemiripan.

Bandingkan Mahabarata dan Harry Potter dengan sejarah Ken Arok, Pemerintahan Sukarno, Suharto, B.J. Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan realitas Pemerintahan Jokowi sekarang ini. Jangan heran jika terdapat sejumlah kesejajaran perilaku tokoh-tokoh antara fiksi, sejarah, dan realitas.

Bagi orang Jawa yang akrab dengan wayang, mereka suka mengidentifikasi tokoh dalam realitas dengan tokoh-tokoh wayang. Subadio Sastrosatomo yang pernah menjadi ketua fraksi Partai Sosialis di DPR pada zaman Sukarno, dalam bukunya Era Baru, Pemimpin Baru, menyebut Suharto sebagai Dosomuko. Tokoh wayang yang memiliki banyak wajah dan jahat.

Saat berseteru dengan SBY, Anas sangat suka menyebut Sengkuni sang pengkhianat yang terkenal dalam Mahabarata. Tidak pernah secara jelas dan rinci siapa yang dimaksudnya sebagai Sengkuni. Manalah Anas berani menyebut SBY sengkuni. Karena itu ia sengaja bicara dengan gaya sumir dan anyir. Tak pernah jelas. Akibatnya mendatangkan rasa jijik.

Bila dicermati perseteruan KPK lawan Polisi, kita juga bisa membuat identifikasi siapa saja yang menjadi penguasa kegelapan dalam tiap kasus itu. Terutama yang sedang terjadi saat ini.

Aneh rasanya kala tokoh-tokoh PDIP membantah Megawati ada di balik pencalonan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri. Karena yang tampil di depan publik melalui berbagai media untuk membela Budi Gunawan adalah Surya Paloh.

Begitupun saat Hasto, Plt Sekjen PDIP mengisahkan pertemuannya dengan Abraham Samad. Ia bersikeras bahwa semua yang dia lakukan merupakan inisiatif pribadi.  Lucunya mengapa bersamaan dengan mencuatnya kasus Budi Gunawan? Apalagi yang melaporkan Bambang Widjoyanto adalah kader PDIP. Koq bisa bersamaan betul waktunya? Apakah bila Budi Gunawan bukan mantan ajudan Megawati, ia akan dicalonkan jadi Kapolri? Apakah ini "kebetulan"?

Pertanyaan yang sama harus ditujukan ke KPK. Mengapa Budi Gunawan mendadak dijadikan tersangka, satu hari sebelum uji kelayakan dan kepatutan di DPR? Apakah ia dijadikan tersangka bila tidak ditunjuk menjadi calon tunggal Kapolri?

Mengapa koalisi mendukung Prabowo (KMP) yang paling semangat untuk langsung memprosesnya dan menciptakan suasana untuk aklamasi? Mengapa mereka juga yang sangat mendesak agar Presiden Jokowi segera melantik Budi Gunawan jadi Kapolri? Mengapa pula pengacara Prabowo saat menggugat ke MK yang menjadi pengacara Budi Gunawan sekarang?

Berbagai kejadian ini memiliki pola yang nyaris sama dengan pola sang penguasa kegelapan. Penuh intrik, misteri, teka-teki, ketidakjelasan, saling tuduh dan curiga, serta menciptakan suasana penuh pertentangan agar para pihak terlibat konflik.

Tampaknya ada kesengajaan membenturkan KPK dengan Polisi dan menyudutkan Presiden Jokowi. Penguasa kegelapan pasti mendapatkan keuntungan jika semuanya berantakan.

Tak ada pilihan. Penguasa kegelapan hanya bisa dihadapi dan dikalahkan jika semua pihak tidak terpancing untuk saling menyerang, menahan diri, hati-hati dan waspada.

Siapa pun penguasa kegelapan itu, ia hanya mau ambil untung bagi dirinya sendiri dan kelompoknya agar menjadi yang terkuat dan paling berkuasa.

Inilah saat yang paling tepat bagi Presiden Jokowi menunjukkan apa yang dikatakakannya saat kampanye yaitu hanya tunduk pada konstitusi dan rakyat Indonesia. Itu berarti, ia tidak usah ambil pusing dengan kepentingan partai-partai politik. Baik partai politik yang mendukungnya maupun yang menjadi oposisinya.

Komitmen Presiden Jokowi untuk tunduk hanya pada konstitusi dan rakyat seharusnya memberinya energi untuk mengambil langkah yang tepat akurat, tegas dan tidak kompromis. Karena penguasa kegelapan akan memanfaatkan keragu-raguan.

Apalagi sekarang makin terbuka bagi kita, penguasa kegelapan  membuat Presiden Jokowi semakin terjarak dan mulai ditinggalkan pemilihnya. Kebanyakan mereka ada di sekitarnya, dekat erat dengannya. Presiden Jokowi harus bertindak cepat dan akurat. Sebab,

INDONESIA HEBAT JIKA PENGUASA KEGELAPAN YANG MENJADIKAN KEKUASAAN SEBAGAI TUJUAN, DIPERANGI SAMPAI TUNTAS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd